SALAH satu makanan khas Purbalingga yang menjadi klangenan para pecinta kuliner adalah Soto Kriyik. Soto ini berbeda dengan soto yang lain, seperti Soto Sokaraja atau Soto Pekalongan. Karena ada campuran khusus yang diberikan pada soto ini, yaitu adanya bergedel yang digoreng kering sehingga ketika dikunyah berbunyi kriyik.

Salah satu warung Soto Kriyik yang menjadi incaran pembeli adalah milik Sulastri (45). Warungnya terkesan sederhana dan menempati salah satu kios di Pasar Segamas Purbalingga di Jalan AW Soemarmo. Sebelumnya warung ini berada di kompleks Pasar Kota Lama di Jalan Ahmad Yani. Kami membuka usaha warung soto ini sudah sejak tahun 1960, kata Sulastri, di sela-sela melayani pembeli.

Dia menjelaskan yang membedakan soto kriyik dengan soto yang lain adalah kuah soto ini juga diberi campuran kuah santan. Selain itu juga ditambahi dengan bergedel yang digoreng kering yang ditaburkan di adonan soto. Untuk menambah mantap rasanya,kadang pembeli juga meminta ditambahi satu butir telor ayam rebus. Kalau bahannya yang lain hampir sama dengan soto lain khas Banyumasan. Ada irisan ketupat, tauge, muncang dan remah-remah kerupuk dan juga sambal kacang, kata Sulastri.

Guna menyedapkan rasa, dia menambahkan pula irisan daging ayam kampung di adonan soto tersebut. Bahkan jika pembeli tak menolak, dia juga menambahkan dengan irisan jeroan ayam. Bagi pembeli yang doyan makanan pedas, dia juga menyediakan tambahan bumbu sambal kacang. Kami menyediakan satu porsi adonan soto dalam mangkuk besar, supaya pembeli puas, tandasnya.

Dia menjelaskan keluarganya memang sudah turun temurun berjualan soto kriyik. Tak heran apabila pelanggannya banyak. Apalagi makanan ini merupakan makanan khas di Purbalingga. Makanya banyak yang mencarinya. Terutama warga Purbalingga yang ada di perantauan. Ketika kebetulan pulang ke sini mereka selalu menyempatkan diri untuk mencicipi soto kriyik, lanjutnya.

Harga satu mangkok soto kriyik hanya Rp 9000 apabila menunya menggunakan telor. Namun apabila tidak hanya Rp 8000. Sulastri mengatakan karena dia berjualan di pasar, maka warungnya buka sejak pagi. Biasanya dagangannya akan habis menjelang siang. Dalam sehari rata-rata dia bisa menjual sekitar 80 hingga 100 mangkok soto. Pembeli kebanyakan adalah pedagang pasar dan juga pembeli di pasar yang sudah menjadi langganan, ujarnya.

Toto Rusmanto (45), salah seorang pelanggan soto kriyik mengatakan dia sangat menggemari makanan itu. Menurutnya soto kriyik rasanya berbeda dengan soto yang lain. Kuahnya lebih harum dan daging ayamnya terasa empuk karena menggunakan ayam kampung. Ditambah lagi dengan adonan santan yang dicampur dalam kuah dengan cita rasa kaldu ayam. Sangat cocok buat sarapan atau makan siang, katanya sembari menyantap soto kriyik.

Selain di kompleks Pasar Segamas, Sulastri mengatakan ada juga warung soto kriyik lainnya. Diantaranya di ruko perumahan Selabaya dan juga di Jalan MT Haryono. Warung tersebut dikelola oleh kerabatnya. Jika anda penasaran, silahkan mencobanya.

Posting Komentar

 
Top