Semasa hidupnya Kiai Narasoma adalah
demang Timbang membawahi desa-desa Timbang (sekarang dukuh Timbang
termasuk desa Penambongan), Purbalingga Kidul, Kandanggampang dan
Purbalingga Lor.
Tak seorangpun diantara rakyat
Timbang yang mengerti dari mana asal usul Kiai Narasoma ini. menurut
legenda, nama Narasoma berasal dari perkataan Nara = Orang, Soma atau
Suma = Gemar bertapa. Jadi artinya orang yang gemar bertapa.
Ketika mengadakan khajatan
mengawinkan puterinya, dirumahnya Kiai Narasoma diadakan pertunjukan
wayang kulit. Banyak tamu termasuk Adipati Onje tampak hadir menyaksikan
pertujukan itu.
Sesaat hidangan dikeluarkan,
suasan tiba-tiba menjadi kacau balau. Pertunjukan dihentikan, Adipati
Onje marah-marah, menuduh Kiai Narasoma berusaha membunuhnya dengan
jalan membubuhkan racun dalam hidangan yang disuguhkan kepadanya.
Belakangan diketahui, dalam nasi yang dihidangkan terdapat bintik-bintik
hitam yang ternyata nasi beras hitam.
Namun dengan kerendahan hati Kiai Narasoma tidak mengakuinya, dan merasa tidak akan berbuat jahat terhadap atasannya.
Paginya Kiai Narasoma memanggil
semua sanak familinya, untuk diberi pesan. Pesannya, orang-orang Timbang
dilarang sampai turun temurun nanggap wayang kulit.
Larangan itu juga dahulu berlaku
bagi masyarakat desa-desa tersebut, diatas yang menjadi kekuasaannya.
desa-desa yang kena larangan disebut "Bumi Keputihan".
Makam Kiai Narasoma terletak didukuh Pritgantil Purbalingga Wetan dan dikenal dengan nama Makam Narasoma.
Sumber : Tri Atmo: Babad dan Sejarah Purbalingga, Pemerintah DATI II Purbalingga ; 1984
Posting Komentar