Dalam
perjalanan pulang ke Pengalasan Kulon ia mendapat pengawalan ketat dari
prajurit-prajurit Pajang dibawah pimpinan seorang bernama Puspajaya.
Ditengah
hutan mereka ternyata mendapat penghadangan dari seorang bekas pengikut
Harya Penangsan, yang menamakan dirinya Jala Sutera atau Putera Jala.
Setelah gagal membujuk Puspajaya agar menyerahkan Puteri yang dibawanya
Jala Sutera kemudian berusaha merampasnya dengan jalan kekerasan, namun
berkat kejujuran dan keberanian Puspajaya, akhirnya penghadang itu
berhasil disingkirkan.
Begitulah
setelah mengalami gangguan dan kesulitan, sampailah perjalanan mereka
di Pengalasan Kulon dangan selamat. Mereka lalu membuat pamukiman baru
untuk tinggal dan selanjutnya Pengalasan Kulon dirubah menjadi desa
dengan nama ‘Surti”. Konon nama ini berasal dari perkataan sur puteri
yang berarti lungsuran puteri.
Mula-mula
penduduk desa Surti sangat sedikit. Hanya terdiri dari beberapa orang
saja. Belakangan banyak penduduk lain desa berdatangan kesana. Mereka
hidup bertani dan kemudian menetap di desa yang baru dibuka itu. Dengan
keadaan desa Surti semakin lama semakin ramai, berkat pembangunan yang
dilaksanakan oleh rakyatnya dengan bantuan prajurit-prajurit Pajang.
Sumber : Tri Atmo: Babad dan Sejarah Purbalingga, Pemerintah DATI II Purbalingga ; 1984
Posting Komentar